SEPTEMBER 2019 TERJADI DEFISIT US$ 160,5 JUTA
Kinerja Ekspor September 2019 turun 1,3% MoM (-5,7% YoY)
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor RI pada bulan September 2019 tercatat senilai US$ 14,1 miliar turun sebesar 1,3% MoM (-5,7% YoY) dari US$ 14,3 miliar pada bulan Agustus 2019 yang dipicu oleh 1) turunnya ekspor minyak mentah (-33,7% MoM dan -80,9% YoY) dari US$ 142,6 juta menjadi US$ 94,7 juta; 2) turunnya ekspor komoditas nonmigas antara lain perhiasan/permata (-32,6% MoM), pakaian jadi (-18,7% MoM), karet (-10,6% MoM) dan kendaraan (-10,3% MoM). Secara akumulasi YTD 2019 (Januari – September 2019 atau 9M19), ekspor RI tercatat mengalami penurunan sebesar 8,0% YoY mencapai senilai US$ 124,2 miliar (vs US$ 134,9 miliar di 9M18) disebabkan turunnya ekspor migas (-25,3% YoY) terutama dari pengadaan gas (-83,6% YoY), minyak mentah (-69,5% YoY) dan gas (-6,2% YoY).
Impor RI September 2019 naik 0,6% MoM (-2,4% YoY)
Impor RI di bulan September 2019 mengalami sedikit kenaikan sebesar 0,6% MoM (-2,4% YoY) menjadi US$ 14,3 miliar (vs US$ 14,2 miliar di Agustus 2019) didorong oleh naiknya impor non migas (+1,02% MoM) terutama dari naiknya komoditas impor kapal laut & bangunan terapung (+163,2% MoM), seralia (+67,6% MoM), kendaraan (+17,8% MoM) dan kapas (+15,9% MoM). Impor migas RI sendiri turun 2,4% MoM (-30,5% YoY) pada periode yang sama dari US$ 1,63 miliar menjadi US$ 1,59 miliar dikontribusikan dari turunnya impor komoditas minyak mentah sebesar 20,9% MoM (-49,0% YoY). Secara akumulasi 9M19, kinerja impor RI tercatat mengalami penurunan sebesar 9,1% YoY mencapai US$ 126,1 miliar (vs US$ 138,8 miliar di 9M18) disumbang dari turunnya impor migas (-28,1% YoY) dan non migas (-5,5% YoY).
September 2019 terjadi defisit senilai US$ 160,5 juta
Oleh karenanya, neraca perdagangan RI pada bulan September 2019 terjadi defiist senilai US$ 160,5 juta dari sebelumnya tercatat surplus US$ 112,4 juta di Agustus 2018. Hal ini tak luput dari perlambatan ekonomi global akibat eskalasi ketidakpastian perang dagang AS-Tiongkok yang menyebabkan kenaikan tariff impor dan bayang-bayang terjadinya resesi ekonomi global. Secara akumulasi 9M19, neraca perdagangan RI tercatat mengalami defisit senilai US$ 1,9 miliar turun signifikan sebesar 49% YoY dibandingkan dengan posisi defisit 9M18 senilai US$ 3,8 miliar sepenuhnya dipengaruhi oleh rendahnya harga minyak dunia saat ini (-26,7% YoY US$ 52,8 per barel vs US$ 71,9 per barel di 16 Oktober 2018).
Ringkasan Ekonomi Makro
|
Periode
|
2016
|
2017
|
2018
|
2019F
|
2020F
|
PDB
|
5.03%
|
5.07%
|
5.17%
|
5.20%
|
5.20%
|
Rupiah/US$ (Rp)
|
13,436
|
13,555
|
14,481
|
15,000
|
14,400
|
BI 7-day RRR (%)
|
4.75
|
4.25
|
6.00
|
5.75
|
5.00
|
Inflasi (%)
|
3.02
|
3.61
|
3.13
|
3.50
|
3.25
|
CA/PDB (%)
|
(1.80)
|
(1.70)
|
(2.98)
|
(3.25)
|
(3.00)
|
Cadangan Devisa (US$ juta)
|
116,362
|
130,196
|
120,654
|
126,687
|
133,021
|
Sumber: Bank Indonesia, BPS dan Riset Lotus Andalan
|