Latest News

2020, Wika Gedung Incar Kontrak Baru Rp 14 Triliun

18 September 2019, 06:56

PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) menargetkan perolehan kontrak baru senilai Rp 14 triliun tahun depan, naik 17% dari target tahun ini yang sebesar Rp 11,98 triliun. Hingga pekan pertama September 2019, perseroan telah mengantongi kontrak baru sebanyak Rp 5,2 triliun.

Direktur Keuangan Wika Gedung Syailendra Ogan mengatakan, perseroan masih optimistis mengejar sisa target kontrak baru senilai Rp 7 triliun. Saat ini, perseroan tengah mengikuti berbagai tender konstruksi dan infrastruktur dengan nilai sekitar Rp 30 triliun.

Hingga pekan pertama September 2019, realisasi kontrak dihadapi (order book) Wika Gedung mencapai Rp 16 triliun atau mencapai 70,23% dari total order book tahun ini Rp 22,78 triliun. “Sampai akhir tahun nanti, kami terus ikuti tender. Perseroan masih mengejar tender konstruski di gedung perkantoran, perumahan, bandara, dan lain sebagainya,” jelas Syailendra di Jakarta, Selasa (17/9).

Pada kesempatan sama, Direktur Utama Wika Gedung Nariman Prasetyo mengatakan, komposisi kontrak baru perseroan berasal dari pemerintah 11%, BUMN 60% dan swasta 29%. Komposisi kontrak baru tersebut berasal dari eksternal di luar proyek-proyek dari induk usaha perseroan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). “Komposisi tersebut menunjukkan bahwa perseroan memiliki pasar yang jelas dan independen,” kata dia.

Sebagai informasi, capaian kontrak baru yang telah dikantongi perseroan ini antara lain, Embarcadero Suites Tangerang, Collins Boulevard Serpong, The Park Mall Semarang, Jakarta International Stadium, Bandara Hasanuddin Makasar, dan Revitalisasi Taman Ismail Marzuki Jakarta.

Selain itu, Hotel Domestik T3 Bandara Soekarno Hatta Tangerang, Universitas Muhammadiyah Lampung, Apartemen Sun City Surabaya, serta Pengembangan Industri Teknologi Kepolisian Program Kreditor Swasta Asing dan Site Office Halim.

Usaha Patungan

Sejak Agustus lalu, Wika Gedung bersama PT Wijaya Karya Realty membentuk usaha patungan bersama (joint venture/JV) dengan PT Patra Jasa. Perusahaan yang bergerak di sektor properti ini diberi nama PT Patra Wijaya Realtindo.

Menurut Nariman, porsi kepemilikan perseroan pada PT Patra Wijaya Realtindo sebesar 10%. Sementara, sisanya 60% dimiliki oleh Patra Jasa dan 30% dimiliki oleh Wika Realty. Perusahaan patungan ini dibentuk dalam rangka untuk mengoptimalisasi aset Patra Jasa di Pertamina Oil Village.

JV teranyar ini telah meluncurkan proyek kondominium yang diberi nama The Pakubuwono. Proyek kelas premium ini berlokasi di Dukuh Atas, Jakarta Selatan. Groundbreaking proyek ini ditargetkan pada November 2019. Untuk porsi konstruksi bangunan, Wika Gedung mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 2 triliun.

“Kami harap proyek ini bisa sukses karena mengusung nama besar Pakubuwono dan Patra Jasa. Kami berharap akan menciptakan proyek selanjutnya, proyek kedua, proyek ketiga dan proyek keempat," tutur Nariman.

Ke depannya, lanjut dia, Wika Gedung terus mengembangkan usahanya di lini konsesi. Saat ini, perusahaan sedang dalam proses tender Konsesi Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) bandar udara, rumah sakit, dan badan usaha yang menjadi konsesi pada social & city infrastructure lainnya.

Sebelumnya, perseroan telah memiliki bisnis konsesi di de Braga Hotel Bandung dan Perkantoran Mandiri Proklamasi, serta pembangunan dan pengelolaan resort di Wana Wisata Pulau Merah Banyuwangi.

Hingga semester I-2019 Wika Gedung meraih laba Rp 182,38 miliar atau naik 1,41% dari capaian laba bersih di periode yang sama tahun lalu Rp 179,85 miliar. Peningkatan laba bersih tersebut didorong oleh pendapatan, yang tidak termasuk proyek kerjasama operasi di semester I-2019 sebesar Rp 2,15 triliun.

Adapun kas dan setara perseroan mencapai sebesar Rp 583,57 miliar, total ekuitas senilai Rp 2,19 triliun dan total aset sebesar Rp 5,74 triliun per Juni 2019.

Menurut Syailendra, pencapaian ini didasari pada komitmen untuk fokus pada peningkatan laba perusahaan salah satunya melalui pengelolaan keuangan terutama biaya dengan baik serta mampu mengendalikan kontrak-kontrak yang diperoleh melalui efisiensi pengendalian secara berjenjang dan sentralisasi.

Sepanjang 2019, perseroan menargetkan mampu memperoleh kontrak dihadapi sebesar Rp 22,78 triliun atau naik sebesar 37,4% dari realisasi tahun 2018 Rp 16,42 triliun.

Total kontrak dihadapi ini terdiri dari target kontrak baru tahun 2019 sebesar Rp 11,98 triliun dan carry over tahun 2018 sebesar Rp 10,8 triliun. Sementara itu, untuk penjualan, yang tidak termasuk proyek kerja sama operasi, ditargetkan Rp 7,08 triliun atau naik 21,6% dari realisasi 2018 sebesar Rp 5,82 triliun, dengan target laba bersih tahun 2019 sebesar Rp 533 miliar atau naik 19,92% dari 2018.

Sumber : Investor Daily