Latest News

Wika Gedung (WEGE) mulai mencari kontrak di luar negeri

24 February 2020, 07:18
PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (Wika Gedung) mulai garap proyek-proyek dari luar negeri tahun ini. Perseroan menargetkan kontribusi dari proyek di luar negeri 10%.
 
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Bangunan Gedung, Bobby Kusuma menyebutkan dengan mulai proyek dari luar negeri sebagai bentuk ekspansi perseroan di tahun ini.
 
Adapun proyek-proyek yang dibidik merupakan proyek mixed used. "Karena sesuai dengan lini bisnis kami," ujarnya kepada kontan.co.id, Jumat (21/2).
 
Berdasarkan situs resminya, emiten dengan kode saham WEGE di Bursa Efek Indonesia ini memang mayoritas menggarap proyek-proyek bangunan vertikal. Beberapa proyek yang sedang berjalan yakni Sudirman Hills Residences, Apartemen Grand Zamzam, Tamansari Emerald, dan lainnya.
 
Walaupun begitu, hingga saat ini perseroan belum mendapatkan proyek-proyek di luar negeri. Sejauh ini, pihaknya juga belum akan mencari proyek sendiri melainkan mengandalkan sinergi dengan WIKA holding.
 
Pihaknya berharap mampu mendapatkan nilai proyek dari luar negeri sekitar 10%. "Target nilai proyek luar negeri di tahun ini berkisar Rp 1 triliun - Rp 2 triliun," tuturnya.
 
Sepanjang tahun ini, WEGE membidik kontrak baru sebesar Rp 15 triliun. Selain itu, pihaknya mencatat kontrak bawaan (carry over) di tahun ini sebanyak Rp 12 triliun. Dengan begitu, pihaknya menargetkan order book tahun ini sebesar Rp 27 triliun.
 
Pihaknya memproyeksikan dari total order book akan didominasi dari proyek pemerintah 42%. Kemudian disusul BUMN 38% dan swasta 20%.
 
Hingga saat ini, Bobby menyebut nilai kontrak yang diraih perseroan masih kecil. "Sifat bisnis konstruksi memang tidak begitu besar di triwulan I, tetapi akan ada pertumbuhan signifikan di triwulan II-IV," tuturnya.
 
Untuk mendukung kinerja tahun ini, WEGE menyiapkan belanja modal atawa capital expenditure (capex) sebesar Rp 500 miliar hingga Rp 700 miliar.
 
Sekitar 67% dari dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan investasi konsesi serta bisnis usaha melalui pembangunan pabrik SBU Modular.
 
Selanjutnya, 22% akan digunakan untuk pengembangan anak usaha dan sekitar 11% untuk investasi pada aset tetap seperti pembelian alat konstruksi dan pengembangan BIM.
 
Adapun sumbernya 43% berasal dari pinjaman bank, 34% berasal dari dana IPO yang masih tersisa Rp 254,72 miliar, dan sisanya ekuitas.
 
 
 

Sumber : KONTAN.CO.ID